Artikel keempat dari seri artikel “Mencintai dunia dengan penuh Hasrat,” suatu renungan terinspirasi dari kumpulan homili St. Josemaria Escriva yang dibukukan dan berjudul “In Love with The Church.”

Dalam dunia makhluk hidup kita mengenal tiga bentuk kehidupan, yaitu tumbuhan, hewan, dan manusia yang dikaruniai akal budi. Namun, tidak terbatas pada itu, kita dapat mengenal dimensi keempat dari hidup yang dapat kita sebut sebagai hidup supernatural, yang adalah bentuk kehidupan yang justru lebih penting, memiliki tingkat yang lebih tinggi. Hidup supernatural ini adalah karunia dari Tuhan dan merupakan buah dari Cinta-Nya kepada manusia.
Hidup supernatural tidak lain adalah hidup dalam rahmat. Agar kita dapat lebih memahami mengenai bentuk hidup ini, kita dapat merefleksikan percakapan Yesus dengan Nikodemus. Ketika datang bertemu Yesus di waktu malam, Nikodemus ingin mengetahui mengenai bagaimana cara memperoleh hidup abadi. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh 3:3), demikian jawaban Tuhan kita. Dengan penuh kasih, Yesus menerangkan kepada orang Farisi ini bahwa seseorang harus dilahirkan dari Roh. Adalah suatu hal penting untuk dapat lahir kembali ke dalam hidup supernatural. Sebagai pengikut Kristus, kita terlahir kembali melalui sakramen Baptis dan Krisma, sehingga kita diubah menjadi makhluk baru, dengan citra dan menjadi anggota tubuh Kristus, hingga kita mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (bdk. Efesus 4:13).
Hidup supernatural atau juga dikenal sebagai hidup interior, adalah suatu proses yang diinisiasi melalui Pembaptisan dan terus dikuatkan dan ditingkatkan melalui Penguatan/Krisma serta sakramen lain dan mencapai kepenuhan dan definitif dalam kemuliaan Surga. Tuhan mengirimkan juga Roh Kudus yang mencetak gambaran Kristus dalam hati kita dan memateraikan kita dengan simbol Salib.
Yesus adalah pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-7). Dari perumpamaan ini kita diajar bahwa satu-satunya cara agar ranting-ranting bisa hidup adalah untuk selalu terhubung dengan pokok anggur. “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku” (Yoh 15:4). Tapi persatuan kita dengan Tuhan memerlukan kehendak bebas kita, memerlukan perjuangan untuk menyerupai Kristus dan menghindari halangan yang berupaya memisahkan persatuan itu, yaitu setan, keduniawian, dan kedagingan. Perjuangan untuk memperoleh kesempurnaan Kristiani ini dikenal sebagai perjuangan askese atau interior. Bagian terbesar perjuangan ini ada di hati kita dimana musuh di dalam kita, fomes pecatti, kecenderungan berbuat dosa, adalah konsekuensi dari dosa asal.
Mengapa perlu untuk berupaya keras mempertahankan hidup interior ini? Santo Josemaria Escriva berkata bahwa Kerajaan Surga dimenangkan dengan kekerasan, dengan pertempuran kudus di setiap saat.[1] Kedamaian interior adalah konsekuensi perang ini. Tanpa perjuangan, tidak akan ada damai.[2]
Jika kita berjuang untuk dapat mengatasi segala kesulitan, tantangan, dan godaan dalam keseharian kita, dengan selalu memanfaatkan tanda dan sarana rahmat Allah, yaitu berbagai Sakramen, dan berbagai sarana yang ditawarkan Tuhan, hidup supernatural mulai tumbuh di dalam diri kita. Maka jiwa kita akan mencintai apa yang Kristus cintai dan menolak apa yang tidak dikehendaki-Nya. Hidup kita akan selalu menatap Tuhan dalam setiap kesempatan, dalam pekerjaan, di keluarga, pada waktu istirahat dan relasi sosial, mencintai dunia sepenuh hati dan membawanya kepada Kristus. Suatu kesatuan hidup! Jiwa kita juga akan menjadi jiwa yang senantiasa bercakap-cakap dengan Tuhan dalam suatu suasana rekolektif, meneladan Yesus yang selalu pergi berdoa. Jiwa menjadi jiwa pendoa! Efek lainnya adalah hidup kita membagi kasih dengan sesama, mempraktikkan semangat kemiskinan, kerja keras, kerendahan hati, kemurnian, ketaatan, dan keutamaan Kristiani lainnya, mengimitasi Yesus dalam segala hal sehingga tepatlah apa yang dikatakan Santo Paulus bahwa bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (bdk. Galatia 2:20).
Perjuangan askese kita haruslah sportif dan optimis. Seorang atlit yang baik membangun dirinya melalui latihan yang lama dan terus menerus, tanpa kenal lelah, dengan sabar dan penuh keyakinan. Sang atlit akan mencoba dan mencoba lagi, dan jika dia belum berhasil pada kali pertama, dia akan mencoba terus dengan tekad bulat hingga kesulitannya teratasi.[3] Juga diperlukan kerendahan hati untuk mau memulai lagi sebanyak yang diperlukan, tanpa merasa pesimis dan khawatir saat kesulitan datang. Santo Josemaria Escriva memberikan pesan kepada semua anak spriritualnya untuk selalu bergerak maju. Saat mengalami kejatuhan, apa yang paling utama adalah bangkit kembali.
Tuhan senantiasa mengaruniakan berbagai sarana untuk membantu kita berjuang dalam hidup supernatural. Kita dapat menggunakan beberapa rahmat Tuhan bagi kita, sebagai berikut:
- Sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Pengampunan Dosa/Rekonsiliasi, yang adalah sumber rahmat. Ekaristi adalah akar dari hidup interior dan merupakan doa yang paling kuat. Dalam Sakramen Rekonsiliasi, Yesus menjadi dokter yang menyembuhkan luka-luka kita dan membangkitkan semangat kita untuk kembali berjuang.
- Doa meditasi. Ketika ranting terhubung pada pokok anggur, ia bertumbuh dan menghasilkan buah. Untuk dapat mempertahankan kehadiran Tuhan dalam setiap saat dalam hidup, kita memerlukan saat-saat yang didevosikan kepada Tuhan. Doa meditasi adalah tungku yang senantiasa menyalakan api cinta Tuhan.
- Mortifikasi, karena sehari tanpa mortifikasi adalah sehari yang hilang. Untuk menyangkal diri dan memikul Salib kita.
- Devosi kepada Bunda Maria dan Santo Yoseph. Bunda kita akan membantu kita dalam perjuangan kita sehari-hari. Santo Yoseph juga adalah guru hidup interior. Kenali Yoseph dan engkau akan menemukan Yesus. Bicaralah dengan Yoseph dan engkau akan menemukan Maria.
- Pendampingan dari Malaikat Pelindung, yang telah senantiasa membantumu dalam banyak hal. Engkau mungkin terkagum dengan kenyataan ini, tetapi inilah mengapa Tuhan kita menempatkan dia di sisi kita.[4]
“Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!” (Mrk 12:17). Tuhan Yesus memisahkan tanggung jawab kita yang berkaitan dengan masyarakat dan yang berkaitan dengan Tuhan, namun tidak menginginkan suatu keberadaan yang ganda. Manusia adalah satu, memiliki satu hati dan satu jiwa, dengan kebaikan dan keburukannya. Dalam kehidupan publik maupun pribadi, seorang Kristen harus mengambil inspirasi dari doktrin dan ajaran Yesus Kristus. “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat 6:24).
Kesatuan hidup adalah krusial bagi setiap orang, dan secara khusus bagi kaum awam. Santo Yohanes Paulus II dalam seruan apostolik Christifideles laici, mengajarkan kaum awam bahwa segala hal dalam hidup mereka harus menjadi suatu kesempatan untuk persekutuan dengan Tuhan dan pelayanan kepada sesama.[5] Pekerjaan profesional seorang Kristen harus konsisten dengan iman mereka. Bagian dari kesatuan hidup kita adalah mencintai tempat dan waktu di mana Tuhan telah menempatkan kita. Merupakan tantangan yang luar biasa untuk dapat bekerja dan memperbaiki dunia ini, sementara pikiran di kepala kita berada di surga. Penciptaan dan Penebusan secara dinamis diwujudkan di sini, hari ini, dan saat ini, ketika kita berusaha untuk memahami dan mencintai dunia kita dengan sikap optimisme yang kreatif. Enam belas abad setelah Santo Yohanes Kristostomus dan Santo Agustinus, Santo Josemaria berkata dengan sangat optimis: “Kamu harus selalu mendengar dalam hatimu seruan yang terukir di hatiku: omnia in bonum! Semuanya untuk kebaikan! Santo Paulus memberi kita pelajaran tentang ketenangan, kegembiraan, kedamaian, dan hubungan dengan Tuhan: karena Tuhan mencintai kita sebagai Bapa yang paling bijaksana dan mahakuasa: omnia in bonum! (lih. Roma 8:28).[6]
[1] St. Josemaria Escriva. Furrow. 130. Sinag-tala, Manila, 2000
[2] St. Josemaria Escriva. The Way (Jalan). 303. Sinag-tala, Jakarta. 2000
[3] St. Josemaria Escriva. The Forge. 169. Sinag-tala, Manila, 2000
[4] St. Josemaria Escriva. The Way (Jalan). 565. Sinag-tala, Jakarta. 2000
[5] Bdk. St. Yohanes Paulus II, Apostolic Exhortation Christifideles laici (30 Desember 1988) No. 17 dan 59.
[6] Guillaume Derville. “In Spirit and Truth”: Creating Unity of Life (I). https://opusdei.org/en/article/in-spirit-and-truth-creating-unity-of-life-i/#_ftn13
Tinggalkan Balasan